Nomophobia, Kecanduan Gadget dan Dampak Negatifnya pada Anak-Anak dan Dewasa
Halo Dretizen ! Seiring dengan perkembangan teknologi yang makin pesat, hidup semakin mudah berkat adanya perangkat yang bisa membantu pekerjaan manusia. Tidak hanya itu, peralatan rumah tangga pun makin pintar berkat perkembangan teknologi. Contoh saja sebuah rice cooker yang punya timer dan bisa terintegrasi dengan sistem Google jadi bisa masak nasi sendiri dan punya tingkat kematangan yang presisi. Atau sebuah oven yang bisa diaktifkan dan diatur hanya dengan mengatakan “Okay Google, masak selama 5 menit dengan temperatur 120 derajat celcius”. Keren banget ya, peralatan rumah bisa diatur hanya dengan ngomong saja.
Kalau peralatan rumah tangga hanya bisa kita pakai di rumah, lantas apa yang bisa kita pakai setiap hari di rumah ataupun di luar rumah? Tentu saja smartphone. Layaknya komputer portable, smartphone bisa diakses kapanpun, bisa kerja, belajar main game, atau buka sosmed. Tapi yang menjadi masalah dari gadget adalah banyaknya orang yang kecanduan menggunakan benda ini. Karena smartphone memiliki segudang fitur, banyak orang yang sulit untuk lepas dari benda ini termasuk anak-anak. Dengan banyaknya game dan video di YouTube untuk ditonton, anak-anak sekarang lebih suka menggunakan smartphone untuk mencari hiburan ataupun mabar (main game bareng). Kegiatan yang biasanya anak-anak lakukan seperti main layangan, main bola di lapangan, kini aktivitasnya berubah menjadi main game bareng secara online. Terlebih di saat pandemi seperti ini yang mengharuskan kegiatan sekolah menjadi online, anak-anak pun memiliki waktu lebih banyak untuk bermain game dan tetap ingin up-to-date dengan sosial media. Karena itu, banyak anak-anak yang nggak bisa meninggalkan gadget dan nggak bisa beraktivitas jika tanpa gadget. Kecanduan gadget ini dinamakan Nomophobia yang berasal dari kata “no mobile phone phobia”.
Tentunya bukan hanya anak-anak tetapi banyak orang dewasa yang mungkin tidak sadar bahwa dirinya telah kecanduan terhadap gadget. Menurut halodoc, biasanya orang yang kecanduan gadget akan panik kalau smartphonenya lowbatt / lobet dan buru-buru mencari stop kontak untuk nge-charge. Hilangnya koneksi internet juga mampu membuat kepanikan tersendiri walaupun sebenarnya kamu nggak butuh-butuh banget, kecuali dalam kondisi yang mendesak. Kebiasaan seperti ini juga memiliki dampak negatif seperti gangguan mata, merusak pola tidur, mengganggu pekerjaan atau belajar, dan kurangnya bersosialisasi terhadap orang-orang di sekitar. Kan nggak seru kalau kamu lagi nongkrong bareng temenmu tapi malah asik sendiri dengan smartphone-nya, jadi awkward deh.
Kecanduan gadget seperti ini juga tidak baik untuk anak-anak karena memiliki dampak negatif yang sama terhadap orang yang sudah dewasa. Untuk penanganan kecanduan terhadap anak-anak dapat dilakukan dengan menggunakan sistem Parenting Control, yaitu semua akses smartphone / gadget si anak akan dibatasi dan diawasi oleh orangtua. Si anak wajib izin terlebih dahulu jika si anak mau membuka aplikasi tertentu seperti game atau sosmed. Pembatasan seperti ini juga berlaku pada konten yang akan dicari seperti video hanya terbatas pada YouTube Kids dan video yang memiliki rating dibawah 18 tahun.
Nah kalau kecanduan gadget ada pada dirimu, cobalah untuk segera mengatasinya dengan belajar memfokuskan diri kepada kegiatan lainnya yang bermanfaat selain bermain gadget, seperti sering-sering mengobrol dengan teman atau keluarga, belajar, dan berolahraga. Tinggalkan smartphone sesaat dan nikmati hidup sesaat tanpa notifikasi yang mengganggu.