Cara Kerja Sinyal Analog dan Sinyal Digital; Pemanfaatan Frekuensi Sinyal Analog untuk 5G
Halo Dretizen !
Melanjutkan pembahasan tentang TV analog dan TV digital, kali ini akan membahas bagaimana cara kerja kedua jenis siaran TV tersebut, dan maksud pemerintah ingin memanfaatkan bekas sinyal TV analog untuk pengembangan 5G di Indonesia. Let's goooo ~
- Sinyal Analog
Sinyal analog adalah sinyal data dalam bentuk gelombang yang membawa informasi dengan mengubah karakteristik gelombang. Sinyal analog ini merupakan sinyal continuous atau terus-menerus. Dua parameter/karakteristik terpenting yang dimiliki oleh isyarat analog adalah amplitude dan frekuensi. Gelombang pada sinyal analog yang umumnya berbentuk gelombang sinus memiliki tiga variable dasar, yaitu amplitudo, frekuensi dan phase. Amplitudo merupakan ukuran tinggi rendahnya tegangan dari sinyal analog. Frekuensi adalah jumlah gelombang sinyal analog dalam satuan detik, dan frekuensi analog yang dipakai adalah 700 MHz untuk pemancaran siaran TV. Phase adalah besar sudut dari sinyal analog pada saat tertentu.
Indonesia menggunakan satelit Telkom untuk memancarkan sinyal siaran TV ke seluruh penggunanya. Dari sinyal tersebut, dilakukan encoding menggunakan salah satu dari tiga standar encoding di dunia yaitu NTSC, PAL, dan SECAM. Hasil dari encoding tersebut lalu dilakukan modulasi atau pengaturan menjadi sinyal Very High Frequency (VHF) dan Ultra High Frequency (UHF). Sinyal tersebut yang akan ditangkap oleh antenna TV rumah kita.
Dari sinyal VHF dan UHF tersebut, dilakukan modulasi amplitudo untuk mengambil informasi gambar, dan modulasi frekuensi untuk mengambil informasi suara. Informasi tersebut lalu dikonversi menjadi balok-balok yang siap ditampilkan pada layar. Untuk menampilkan layar di TV rumah adalah dengan melakukan raster, yaitu scanning balok elektron di seluruh layar TV secara horizontal dari atas lalu ke bawah, lalu kembali lagi ke atas, dan seterusnya.
Karena sinyal analog menggunakan gelombak elektromagnetik, maka seringkali terjadi electronic noise ataupun distorsi yang terjadi pada benda elektronik. Contoh pada speaker akan ada bunyi "ssssssssssssssssss...." atau kresek-kresek saat memutar lagu. Sinyal analog juga lebih rentan terhadap perubahan cuaca.
- Sinyal Digital
Berbeda dengan sinyal analog yang menggunakan berbagai, sinyal digital membawa informasi berupa variabel biner ataupun logika boolean (contoh : 0101100100). Untuk memancarkan sinyal digital tetap menggunakan satelit Telkom.
Pengolahan sinyal digital ini tidak serta merta langsung diterima oleh TV, tetapi perlu diolah kembali oleh alat yang dinamakan decoder yang berfungsi sebagai pengolah sinyal digital tersebut agar informasi pada sinyal digital dapat terbagi sesuai pada tempatnya. Sinyal digital juga selain membawa informasi berupa gambar dan suara, tetapi juga membawa informasi teks sehingga pada siaran TV yang berlangsung dapat diberikan informasi tayangan apa yang sedang disiarkan atau yang dinamakan Electronic Program Guide (EPG). Untuk TV yang lebih modern, cukup dengan menyambungkan antenna ke TV tanpa perlu menggunakan decoder karena prosesnya sudah dilakukan di dalam TV. Tetapi jika kamu masih menggunakan TV tabung ataupun TV jadul, perlu menggunakan decoder untuk menikmati siaran digital.
Karena sinyal digital tidak memiliki variable yang rumit seperti sinyal analog dan tidak menggunakan sumber listrik yang tinggi, maka sinyal digital diklaim lebih stabil, lebih rentan cuaca, dan mampu menyalurkan data dalam jumlah besar.
- Penggunaan Bekas Sinyal TV Analog di Indonesia
Pada artikel sebelumnya sudah dijelaskan alasan pemerintah ingin meniadakan siaran TV analog di Indonesia pada 2022. Menurut KOMINFO, penggunaan sinyal TV analog di Indonesia terlalu banyak dan boros karena masih banyak warga Indonesia yang menggunakan sinyal analog untuk menonton TV padahal sudah ada snyal digital yang siap dinikmati. Minimnya sosialisasi tentang TV digital juga masih minim sehingga masih banyak orang yang tidak tahu tentang keberadaan TV digital. Jika seluruh siaran TV sudah sepenuhnya pindah ke TV digital, maka frekuensi yang digunakan oleh sinyal analog dapat digunakan untuk pemancaran dan pengembangan jaringan 5G di Indonesia. Saat ini, operator internet dan telepon masih sulit mendapatkan frekuensi dan sinyal yang cocok untuk memancarkan sinyal 5G. Dengan kosongnya frekuensi yang sebelumnya digunakan TV analog maka jaringan 5G akan lebih mudah dan lebih cepat untuk dinikmati. Menurut KOMINFO, bertumbuhnya jaringan menuju 5G dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Tiap kenaikan 10% broadband internet maka akan berdampak 1,25% terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dengan makin cepat hadirnya jaringan 5G di Indonesia, tentunya kita yang ingin menikmatinya wajib meng-upgrade smartphone kita yang memiliki dukungan 5G. Sudah banyak perangkat smartphone yang rilis di Indonesia siap mendukung jaringan 5G secara penuh, mulai dari jajaran smartphone kelas sultan hingga kelas ramah dompet.
Semoga dengan langkah pemerintah untuk melakukan pengembangan 5G di Indonesia menuju arah positif ya sobat !